Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Arah yang lain

Titik mendung 30 Maret 2018 Dibalik layar ada seuntai rindu yang belum kau baca Disana kata terangkai dalam bait-bait puisi Rindu yang pernah bibir ucapkan lalu terabaikan Ia pernah terjamah jemari dalam goresan tinta yang kau anggap lelucon Rindu itu yang kini mulai redup Yang tak kau biarkan cahaya mendekatinya Rindu itu yang kini menggugat Mengapa harus kita yang menjadi tuannya Mengapa ia harus singgah pada hati yang gusar Mengapa ia harus bernaung pada raga yang enggan menaungi Biarkanlah rindu itu Pergi mencari tuannya Menuju tempat berlabuh yang teduh Biarkan ia hening ditepi kolam bening Agar beriak tak memecah gelombang kecil

Ranting RETAK

Genting 28 Maret 2018 Siapakah pemilik kedamaian ijinkan aku merenung di samping-nya Jika tenang nan damai obat kegelisahan Maka biarkanlah aku menyicipi racikan ramuan-nya Siapakah pemilik kata-kata rindu Sudikanlah.! menerimaku merenung keekokan bahasa mu Tuliskan bagiku sebait syair ketegehuan Ceritakan kepadaku nasehat kepatuhan agar aku memberontak Siapakah pelukis keindahan Tunjukan padaku rupa bagi sebuah seni Ajarkan aku meyelinapkan warna diantara goresan tinta Agar aku berkombinasi pada garis sejajar Siapakah yang sedang bertahta Antarkan aku kehadapan-nya dan persilakan ia berbincang denganku Agar aku memahami kebijaksanaan-nya Agar menghindari intimidasi-nya Sebab orang ketiga adalah penyebar kebencian Kepada siapakah aku harus mengadu Dikala genting dan ranting retak Aku akan menceritakan gelisahku dengan kata biasa Dan sesudahnya biarkanlah aku mendekap hening disisimu

Semilir angin

Siut 19 maret 2018 Oleh : sm98 Semilir angin dirimbun pepohonan menghijau segar teduh nan indah Semilir angin diriang ilalang di ujung safana tempat ternak merumput Semilir angin menggelombang pada gemercik muara hilir dikaki gunung berlunpur hitam pekat Semilir angin di sela bebatuan cadas sepanjang sungai menjalar kedalam hutan Semilir angin pada senda gurau bocah ditelaga permandian Pada pepohonan rimbun mengotot mengakar jauh kedalam perut bumi Semilir angin di ujung malam mendering kicau candaan si jantan Pada setiap percikan wudhu tetua di surau kecil disisi jalan kota Pada setiap bulir padi diladang menguning dimusim memanen Semilir angin membendung arus hulu membawanya ke wajah sawah disisi kincir berputar

Semilir angin

Siut 19 maret 2018 Oleh : sm98 Semilir angin dirimbun pepohonan menghijau segar teduh nan indah Semilir angin diriang ilalang di ujung safana tempat ternak merumput Semilir angin menggelombang pada gemercik muara hilir dikaki gunung berlunpur hitam pekat Semilir angin di sela bebatuan cadas sepanjang sungai menjalar kedalam hutan Semilir angin pada senda gurau bocah ditelaga permandian Pada pepohonan rimbun mengotot mengakar jauh kedalam perut bumi Semilir angin di ujung malam mendering kicau candaan si jantan Pada setiap percikan wudhu tetua di surau kecil disisi jalan kota Pada setiap bulir padi diladang menguning dimusim memanen Semilir angin membendung arus hulu membawanya ke wajah sawah disisi kincir berputar

Riuh yang hilang

Sajak sepi 18 maret 2018 Oleh : sm98 hening, sunyi nan senyap Mencari tempat kembali usai melanglang buana Tempat berpulang dari berpetualang Berbagi resah dalam segala rasa Berteduh duka dan berobat luka Yang mendengar kala bercerita Merebah kala letih berteduh kala hujan mengguyur Bernaung kala terik menyengat Beralas kala kaki telanjang Mendekap kala menggigil menyapa Siapa bilang hidup di kota tak sepi, tak sunyi.? Sepi nan sunyi Bukan karena alam telah kehilangan penghuninya Bukan karena manusia telah hilang dan tiada Melainkan ketika kita mulai menggali dan terus mencari jati diri Hanya keterasingan dan kesunyian yang terjumpai Dan kepada tuhan tempat berpulang Tempat mengadu dalam kepasrahan Berdoa dalam keheningan Bergantung dalam ketakberdayaan

Hujan yang lain

Segala Rasa 12/02/018 Oleh : sm98 Sore yang mendung diselimuti kabut kelabu diatas kepala Gerimis terbata-bata mewarnai kerumitan hari Ku-lihat di ufuk barat seberkas senja menghias lalu menghilang ditelan langit kelabu Nada-nada sendu nyaring mengusik sore yang hampa pertanda magrib segera tiba Pada kehampaan,  jiwa terasa kosong Raga lungai tak bertenaga Sudah secangkir kopi ku cicipi Tapi raga tak jua lekas pulih Luka hampa, luka resah, luka rindu, tak jua lekas sembuh sebab ia tak terjamah tangan Sore yang hening Tetesan hujan diriang ilalang mengusik kolam bening memecah beriak lalu bergelombang kecil Damai-ku senang Resah-ku sedih Menyatu pada sore yang sama Dan hanya tabuhan irama hujan yang tersisa

Kepada kunang-kunang

Teras lupa

Hendak kemana 17-03/2018 Oleh : sm98 Kicauan ayam jantan nyaring bersahutan mengusik lelapnya tidur insan disepertiga malam yang hening nan sepi Memberi khabar akan tuhan yang sedang bertamu Lalu terbitlah fajar menjelma seberkas sinar kemilau berwarna jingga kemerahan Yang pada langitnya mendekap embun lalu bersemburat menitik Alam adalah rumah bersama bagi kita yang dikau jua tau Pada sisinya selalu tentang warna emas dan jingga, riuh dan sunyi Di atas Bumi yang bertuan ini, yang konon bertahta adat berlaku segala nilai yang bercermin kemanusian kepada semesta dan kepada tuhan. Lalu kini ia dicampakkan di simpang zaman, di iris habis, di buang di teras gedung kelalaian. Hingga yang tersisa hanya kelupaan. Negeri kecil-ku kini menangis bersimbah luka Wajahnya yang kian hari kian dilupa Dicabik-cabik tubuhnya yang kian renta Sebab anak-anaknya mulai lupa Lupa bersaudara Lupa bersatu Lupa beradat Lalu muda-mudinya bertikai, saling membunuh hingga terkapar diatas t

Titik temu

Hari-hari penentu 11/02/018 Oleh : sm98 Segala yang dimulai akan terasa berat tak tertimbangi Mengaduk-ngaduk segala rasa hingga semuanya hambar Menguras segala tenaga hingga lelah tak menjadi alasan untuk berhenti Memaksa akal berpikir keras memecahkan segala urusan Teman diskusi teramat dibutuhkan dikala masalah menjepit Dialog berulang kali diadakan Motifasi dan semangat berulang kali di ucapkan Kritikan dan saranpun datang tanpa mengenal musim Namun semua hambar kala bersua pribadi yang lamban Semua sia sia kala jumpa jiwa yang lalai Semua jadi tak bermakna kala akal pikiran sekujur badan tak lantas berkarya Sebab pribadi yang tak tertata bak bangunan tak akan bisa membangun bangunan

kamu lagi senja-nya

Selalu senja 07/02/018 oleh : sm98 Langit makassar hari ketujuh dibulan february Langit sore tanpa hiasan senja jingga Tanpa sun sat yang merona emas seperti musim yang lalu Kesekian kalinya curah hujan tak terjadwal mengguyur jantung kota daeng. Mengusir fajar dari pagi menghanyutkan senja dikala sore Mempercepat bertemunya siang dengan malam sebab gelap mewarnai alam Diwajah senja kelabu menatap langit tak lagi indah Termenung seorang diri diteras fakultas hanya menambah hampa dan sunyi Hari yang melelahkan melelehkan segala tenaga Hari yang berlalu tanpa karya Hari yang benar sia-sia jua teramat membosankan tanpa aktifitas Hujan bukan lagi fenomena aneh untuk alam musim ini Ia datang dan pergi semaunya Tanpa jadwal tanpa aturan dan tanpa kompromi Datang menyambar bagai kilat mengguyur wajah bumi menitipkan banjir Lalu berhenti menyusup diantara mendung dan meninggalkan hari tanpa rasa bersalah Sajak ini kutulis kala langit mendung Saat

Bangga Mbaru

Kota Tepian Air (BanggaMbaru) 1/2/018 oleh : sm98 Rinduku masih tertambat dititik nadirmu mengalir deras disisi jantungmu Rindu bermula sepanjang fajar menyingsing menyongsong pagi buta Rindu mencekam kala senja menutup hari yang hendak pulang keperaduannya Rindu mengiringi poros detik hari-hariku Aku merindukanmu duhai negeri kecilku Aku merindukanmu diantara beribu hamparan pulau Nusantara Aku merindukanmu duhai wajah alam indah nan teduh Aku merindukan keribaan pasir dibibir pantaimu Aku merindukan_mu disegenap kabut lembah yang memeluk ragaku Aku merindukan-mu wahai ibu bagi anak negeri Aku merindukanmu sebagaimana anak merindukan ibunya Aku merindukan buaian ayunan hilirmu Aku merindukanmu pada kembang layar perantauan Aku merindukanmu dihimpitan kota beraneka hiburan Rinduku merintih meronta merinduimu Aku merinduimu lagi dan lagi

si kabut

Ruang sunyi oleh : sm98 24/10/017 Aku terdampar dalam hamparan kesunyian jiwa Aku terasing dari riuh keramain kota Aku terusik dari lamunan kesepian Aku terlintas dari balik sajak bayangan Aku bersua kesunyian ditengah keramaian Aku temui jiwa damai pada keheningan Aku dapati kematian pada raga yang hidup Aku tak melihat kehidupan pada jiwa yang haus ternodai Aku mendengar syair cinta sang pipit dibibir pagi Aku tau dalam ke_tidak-tahuan_ku Aku melihat mereka yang tiada di antara barisan nisan tua Aku melihat mereka yang akan datang dibalik bola matamu Aku terhimpit resah ditengah meriahnya hiburan Aku dilanda duka diantara senda penyanyi Aku mengadu pada alam Ah..rupanya ia sakit hati padaku Aku ceritakan sepiku pada hulu Hilir malah hendak menghanyutkanku Aku berlari menuju senja Mendung pupuskan harapanku Aku meninggalkan siang menuju malam Aku terlelap dalam mimpi indah sedang aku lalai Aku mengembara menuju pagi Aku

Jalan panjang

Sebuah  jalan menuju HUJAN (sajak hujan 02) 21/12/017 Do'a ibu untuk bumi ibu pertiwi Do'a pengawal ibu tuk darah yang tumpah di tanah Do'a sang resi kepada pujaan alam raya Do'a buyut dari nenek moyang pejuang Negeri yang mencari arah di simpang jalan Suatu jalan menuju hujan Apatah lagi yang dicari, langit juga langit yang sama Curahnya hujan lain. Apa langit sudah retak..? Sebuah jalan menuju hujan Terselip diantara poros hari dan musim Tersemai harapan pada genggaman tangan anak-anak Meraih, saling merangkul agar tak berjauhan Seia sekata, searah setujuan memboyong negeri dalam tahta bersama Sebuah jalan menuju hujan tersandung dalam lingkaran kemarau berkepanjangan Sedang memanen akan selesai Menanam belum jua dimulai Sebuah jalan menuju hujan kita masih merangkak sedang hujan menjelma dalam mitologi empu tantular(pemilik kata bhineka tunggal ika) Do'a semesta dalam mengemis kekayaan alam tak lagi cukup

surat cinta untuk bumiku

Untuk Bumi-ku (surat cinta untuk bumiku) 08/12/017 Perihal berita itu kami berkaca Bukan malah berkacak pinggang Di atas panggung keserakahan Meng-aktor-i alam atas nama tuan-nya Beribu kepala meratapi nasib dalam mihrab-nya sembari berdo'a Namun sayang tangan tak bertanggung jawab Malah menolak do'a dan mengundang bencana alam Kita tau mahluk teraniaya do'anya di dengar oleh tuhan Lalu kita merasa dianiaya dan berdoa dalam keramaian  Mengeluh kala hujan rahmat berganti wajah dalam buaian laknat Tat kala alam mulai enggan bersahabat Tat kala do'a penghuni hutan di ijabah Do'a ranting yang kehilangan pohon  Do'a daun yang kehilangan dahan Do'a ikan yang kehilangan air Do'a burung yang kehilangan sarang Do' hutan yang kehilangan rimba  Do'a bayi yang kehilangan alam masa depan Do'a leluhur yang kehilangan jasanya Do'a kita dalam memulai belajar menata hidup baru Bercermin, memperba

sajak hujan

Masih disini (dalam sajak hujan) sm98 14/11/017 Aku masih disini, sejak awal disini Menunggu yang tak bertuan Menunggu tanpa arti yang lebih Hanya menunggu, sekadar menunggu saja Kala datang kesini aku berharap bisa cepat kembali Tidak seperti hari yang lalu, malam mulai larut akupun beranjak pergi Di ujung Sore yang awannya mendung seketika gerimis menitik perlahan menyentuh atap Seketika jua wajah langit jingga diselimuti kabut hitam  Wajah senja jingga bergegas menjauh lalu usai Tak ku temui lagi jingga pada langit yang mendung Malam turun menyelimuti wajah bumi Sempurnalah gelap dalam iringan irama hujan  Aku masih disiini, sedari tadi waktu bersamamu Aku masih menunggu kebaikan langit Menunggunya menyudahi tangis Aku masih disini, tetap ditempat ini Menunggu dan menunggu lagi #satumey98

sajakkunang2(sm98)

Tentang kunang-kunang senja (Kepada kunang2;01) 12/1/018 Oleh : sm98 Sajak ini kutulis untuk-mu kala langit mendung berselaput awan hitam Kala Matahari enggan menyinari semesta raya Senja salamanya akan tetap menjelma senja, walau jingga terganti kelabu di petala langit yang sama Sore ini, langit bersenjakan mendung yang kian tak menyudahi Sajak ini ku-torehkan untuk dikau yang kemarin cinta warna biru Dikala Sore t A npa senja ji N gga menghi A s Dikau menjelma senja dalam redupan cahaya kunang-kunang Bagi-ku senja tak hilang walau emas terganti jingga dalam sinar wajah-mu Sajak ini ku-tulis untuk-mu yang kemarin suka warna biru Belajarlah memaafkan seperti laut Belajarlah mengasihi seperti langit Belajarlah memberi tanpa pamrih seperti surya Sajak ini ku-tulis untuk-mu yang kemarin suka warna biru Daku menulis nama-mu pada   keribaan hamparan pasir yang damai Daku melukis wajah-mu berkanfas pasir dibibir pantai Si laut pencemburu mengg