Langsung ke konten utama

si kabut


Ruang sunyi
oleh : sm98
24/10/017

Aku terdampar dalam hamparan kesunyian jiwa
Aku terasing dari riuh keramain kota
Aku terusik dari lamunan kesepian
Aku terlintas dari balik sajak bayangan

Aku bersua kesunyian ditengah keramaian
Aku temui jiwa damai pada keheningan
Aku dapati kematian pada raga yang hidup
Aku tak melihat kehidupan pada jiwa yang haus ternodai

Aku mendengar syair cinta sang pipit dibibir pagi
Aku tau dalam ke_tidak-tahuan_ku
Aku melihat mereka yang tiada di antara barisan nisan tua
Aku melihat mereka yang akan datang dibalik bola matamu

Aku terhimpit resah ditengah meriahnya hiburan
Aku dilanda duka diantara senda penyanyi
Aku mengadu pada alam
Ah..rupanya ia sakit hati padaku

Aku ceritakan sepiku pada hulu
Hilir malah hendak menghanyutkanku
Aku berlari menuju senja
Mendung pupuskan harapanku

Aku meninggalkan siang menuju malam
Aku terlelap dalam mimpi indah sedang aku lalai
Aku mengembara menuju pagi
Aku dapati wajah hidup teramat menyeramkan

Aku si petualang dalam redupan cahaya
Aku melintasi setapak tanpa ujung
Aku merantau kembali pulang
Aku..ah aku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lupa jalan pulang

Tentang desakkan napas ribuan manusia kemarin Mengajak aku jatuh cinta padamu Sesak dan pengap ruang lekas ia punah Terjatuh lalu lenyap pada manis senyummu Bola hening matamu Kerap kali aku mencurinya tanpa kau sadari Mencuri menatap wajahmu diantara lalu lalangnya mereka Kerap kali hendakku mendekap disisimu Ingin aku ceritakan, pengapmu biarlah aku yang tanggung Kala itu aku jatuh cinta pada manis senyummu lalu pada indah bola matamu dan menjelma cantik parasmu Rasa-rasanya aku jatuhkan cintaku untukmu Berharap lekaslah kau pungut lalu rawat ia pada taman hatimu Yang kau hiasi dengan lembutnya sentuhan cintamu Sekejap itu aku jatuh cinta Hanya sehari dalam kurun itu Lalu esoknya tentang itu pulang Hilang dan lenyap begitu saja Maaf untuk rasa yang kemarin Dan untuk yang hari ini #sm98

Lelucon Rindu

Sejak sajak mulai berjejak Mengajarjan tentang untaian rindu itu Merah jingga membara, merona indah di ufuk timur kota ini Mengantar sang fajar mengajar putranya yang pulang lalu ada lagi Sepanjang hari berusia, terik dan hujan memangku semesta Bernaung kita di terik berlindung kala di guyur Tentang mu yang aku jatuhkan cintaku Yang aku ceritakan rindu dengan segala nada dan rasa Yang menjelma kamu dalam kata-kata Aku tak pandai merindu tidak pula mencintai Tapi nyatanya tentang itu mendekap erat sembari cerita tentangmu Andai semua kata-kataku kau percaya sebagai rindu Aku berharap kau tau itu tentangmu saja Tanpa harus terpasung ketakpastian Akan arah kerinduan ini Rindu yang masih kau anggap lelucon