Langsung ke konten utama

Ranting RETAK

Genting
28 Maret 2018

Siapakah pemilik kedamaian
ijinkan aku merenung di samping-nya
Jika tenang nan damai obat kegelisahan
Maka biarkanlah aku menyicipi racikan ramuan-nya

Siapakah pemilik kata-kata rindu
Sudikanlah.! menerimaku merenung keekokan bahasa mu
Tuliskan bagiku sebait syair ketegehuan
Ceritakan kepadaku nasehat kepatuhan agar aku memberontak

Siapakah pelukis keindahan
Tunjukan padaku rupa bagi sebuah seni
Ajarkan aku meyelinapkan warna diantara goresan tinta
Agar aku berkombinasi pada garis sejajar

Siapakah yang sedang bertahta
Antarkan aku kehadapan-nya dan persilakan ia berbincang denganku
Agar aku memahami kebijaksanaan-nya
Agar menghindari intimidasi-nya
Sebab orang ketiga adalah penyebar kebencian

Kepada siapakah aku harus mengadu
Dikala genting dan ranting retak
Aku akan menceritakan gelisahku dengan kata biasa
Dan sesudahnya biarkanlah aku mendekap hening disisimu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lupa jalan pulang

Tentang desakkan napas ribuan manusia kemarin Mengajak aku jatuh cinta padamu Sesak dan pengap ruang lekas ia punah Terjatuh lalu lenyap pada manis senyummu Bola hening matamu Kerap kali aku mencurinya tanpa kau sadari Mencuri menatap wajahmu diantara lalu lalangnya mereka Kerap kali hendakku mendekap disisimu Ingin aku ceritakan, pengapmu biarlah aku yang tanggung Kala itu aku jatuh cinta pada manis senyummu lalu pada indah bola matamu dan menjelma cantik parasmu Rasa-rasanya aku jatuhkan cintaku untukmu Berharap lekaslah kau pungut lalu rawat ia pada taman hatimu Yang kau hiasi dengan lembutnya sentuhan cintamu Sekejap itu aku jatuh cinta Hanya sehari dalam kurun itu Lalu esoknya tentang itu pulang Hilang dan lenyap begitu saja Maaf untuk rasa yang kemarin Dan untuk yang hari ini #sm98

Lelucon Rindu

Sejak sajak mulai berjejak Mengajarjan tentang untaian rindu itu Merah jingga membara, merona indah di ufuk timur kota ini Mengantar sang fajar mengajar putranya yang pulang lalu ada lagi Sepanjang hari berusia, terik dan hujan memangku semesta Bernaung kita di terik berlindung kala di guyur Tentang mu yang aku jatuhkan cintaku Yang aku ceritakan rindu dengan segala nada dan rasa Yang menjelma kamu dalam kata-kata Aku tak pandai merindu tidak pula mencintai Tapi nyatanya tentang itu mendekap erat sembari cerita tentangmu Andai semua kata-kataku kau percaya sebagai rindu Aku berharap kau tau itu tentangmu saja Tanpa harus terpasung ketakpastian Akan arah kerinduan ini Rindu yang masih kau anggap lelucon