Langsung ke konten utama

kamu lagi senja-nya


Selalu senja
07/02/018
oleh : sm98

Langit makassar hari ketujuh dibulan february
Langit sore tanpa hiasan senja jingga
Tanpa sun sat yang merona emas seperti musim yang lalu
Kesekian kalinya curah hujan tak terjadwal mengguyur jantung kota daeng.
Mengusir fajar dari pagi menghanyutkan senja dikala sore
Mempercepat bertemunya siang dengan malam sebab gelap mewarnai alam
Diwajah senja kelabu menatap langit tak lagi indah
Termenung seorang diri diteras fakultas hanya menambah hampa dan sunyi
Hari yang melelahkan melelehkan segala tenaga
Hari yang berlalu tanpa karya
Hari yang benar sia-sia jua teramat membosankan tanpa aktifitas

Hujan bukan lagi fenomena aneh untuk alam musim ini
Ia datang dan pergi semaunya
Tanpa jadwal tanpa aturan dan tanpa kompromi
Datang menyambar bagai kilat mengguyur wajah bumi menitipkan banjir
Lalu berhenti menyusup diantara mendung dan meninggalkan hari tanpa rasa bersalah

Sajak ini kutulis kala langit mendung
Saat sekawan pipit berlindung di balik dedaunan
Sajak ini kutulis kala seluruh ragaku hampa tak menentu


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lupa jalan pulang

Tentang desakkan napas ribuan manusia kemarin Mengajak aku jatuh cinta padamu Sesak dan pengap ruang lekas ia punah Terjatuh lalu lenyap pada manis senyummu Bola hening matamu Kerap kali aku mencurinya tanpa kau sadari Mencuri menatap wajahmu diantara lalu lalangnya mereka Kerap kali hendakku mendekap disisimu Ingin aku ceritakan, pengapmu biarlah aku yang tanggung Kala itu aku jatuh cinta pada manis senyummu lalu pada indah bola matamu dan menjelma cantik parasmu Rasa-rasanya aku jatuhkan cintaku untukmu Berharap lekaslah kau pungut lalu rawat ia pada taman hatimu Yang kau hiasi dengan lembutnya sentuhan cintamu Sekejap itu aku jatuh cinta Hanya sehari dalam kurun itu Lalu esoknya tentang itu pulang Hilang dan lenyap begitu saja Maaf untuk rasa yang kemarin Dan untuk yang hari ini #sm98

Lelucon Rindu

Sejak sajak mulai berjejak Mengajarjan tentang untaian rindu itu Merah jingga membara, merona indah di ufuk timur kota ini Mengantar sang fajar mengajar putranya yang pulang lalu ada lagi Sepanjang hari berusia, terik dan hujan memangku semesta Bernaung kita di terik berlindung kala di guyur Tentang mu yang aku jatuhkan cintaku Yang aku ceritakan rindu dengan segala nada dan rasa Yang menjelma kamu dalam kata-kata Aku tak pandai merindu tidak pula mencintai Tapi nyatanya tentang itu mendekap erat sembari cerita tentangmu Andai semua kata-kataku kau percaya sebagai rindu Aku berharap kau tau itu tentangmu saja Tanpa harus terpasung ketakpastian Akan arah kerinduan ini Rindu yang masih kau anggap lelucon