Langsung ke konten utama

Riuh yang hilang

Sajak sepi
18 maret 2018
Oleh : sm98

hening, sunyi nan senyap
Mencari tempat kembali usai melanglang buana
Tempat berpulang dari berpetualang
Berbagi resah dalam segala rasa
Berteduh duka dan berobat luka
Yang mendengar kala bercerita

Merebah kala letih
berteduh kala hujan mengguyur
Bernaung kala terik menyengat
Beralas kala kaki telanjang
Mendekap kala menggigil menyapa

Siapa bilang hidup di kota tak sepi, tak sunyi.?
Sepi nan sunyi
Bukan karena alam telah kehilangan penghuninya
Bukan karena manusia telah hilang dan tiada

Melainkan ketika kita mulai menggali dan terus mencari jati diri
Hanya keterasingan dan kesunyian yang terjumpai

Dan kepada tuhan tempat berpulang
Tempat mengadu dalam kepasrahan
Berdoa dalam keheningan
Bergantung dalam ketakberdayaan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelucon Rindu

Sejak sajak mulai berjejak Mengajarjan tentang untaian rindu itu Merah jingga membara, merona indah di ufuk timur kota ini Mengantar sang fajar mengajar putranya yang pulang lalu ada lagi Sepanjang hari berusia, terik dan hujan memangku semesta Bernaung kita di terik berlindung kala di guyur Tentang mu yang aku jatuhkan cintaku Yang aku ceritakan rindu dengan segala nada dan rasa Yang menjelma kamu dalam kata-kata Aku tak pandai merindu tidak pula mencintai Tapi nyatanya tentang itu mendekap erat sembari cerita tentangmu Andai semua kata-kataku kau percaya sebagai rindu Aku berharap kau tau itu tentangmu saja Tanpa harus terpasung ketakpastian Akan arah kerinduan ini Rindu yang masih kau anggap lelucon