Langsung ke konten utama

Arah yang lain

Titik mendung
30 Maret 2018

Dibalik layar ada seuntai rindu yang belum kau baca
Disana kata terangkai dalam bait-bait puisi
Rindu yang pernah bibir ucapkan lalu terabaikan
Ia pernah terjamah jemari dalam goresan tinta yang kau anggap lelucon

Rindu itu yang kini mulai redup
Yang tak kau biarkan cahaya mendekatinya
Rindu itu yang kini menggugat
Mengapa harus kita yang menjadi tuannya

Mengapa ia harus singgah pada hati yang gusar
Mengapa ia harus bernaung pada raga yang enggan menaungi
Biarkanlah rindu itu
Pergi mencari tuannya

Menuju tempat berlabuh yang teduh
Biarkan ia hening ditepi kolam bening
Agar beriak tak memecah gelombang kecil

Komentar

  1. Bagus bang, kembangkan trus bang.
    Bila perlu di buatkan dalam satu buku.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelucon Rindu

Sejak sajak mulai berjejak Mengajarjan tentang untaian rindu itu Merah jingga membara, merona indah di ufuk timur kota ini Mengantar sang fajar mengajar putranya yang pulang lalu ada lagi Sepanjang hari berusia, terik dan hujan memangku semesta Bernaung kita di terik berlindung kala di guyur Tentang mu yang aku jatuhkan cintaku Yang aku ceritakan rindu dengan segala nada dan rasa Yang menjelma kamu dalam kata-kata Aku tak pandai merindu tidak pula mencintai Tapi nyatanya tentang itu mendekap erat sembari cerita tentangmu Andai semua kata-kataku kau percaya sebagai rindu Aku berharap kau tau itu tentangmu saja Tanpa harus terpasung ketakpastian Akan arah kerinduan ini Rindu yang masih kau anggap lelucon