Langsung ke konten utama

Dia MAHASISWA baru-ku

Kamu adalah PUISIKU

masih ku ingat kala itu aku terjebak gelap malam
Terperangkap pada dinginnya subuh
Memakasa selimut melekat erat disisiku
Ahh... barang kali saja malam menggodaku terlelap kala itu
Sungguhpun masih ku ingat
Sentakan mencari subuh yang kutemui pada pagi buta

Dalam menggapainya lalu selesailah subuhku diatas sajadah
Hari itu awal hari yang mengantar pertemuan kita
Hari benar menjamuku dengan suasana baru
Bersua denganmu diatara deretan mereka
Lalu sebatas itu kembali pulang
Suasana mulai menyepi barangkali semuanya ingin menyendiri dulu

Aku sudah berjanji akan menulis puisi tentangmu
Tentang manis senyummu
Tentang bening hening bola matamu
Sebagian darinya ada jejak janjimu yang penat dalam penantian
Tentang rasa itu yang kau yakinkan aku akan menunggu

Menunggulah sampai aku dapat menulis semua tentangmu
Menulismu seutuhnya dalam bahasa-bahasa puisiku
Menggugah akan dirimu lalu merangkainya lagi dalam bait-bait sajakku

Hari-hari itu penuh dengan ketakutan mereka
Penuh dengan obrolan kita tentang mereka
Hari-hari kelam pada wajah ibu pertiwi
Cerita tentangmu hadir disisi berita itu

Berita peristiwa palu donggala
Berkabar amgin dan camar akan tsunami
Selihai semut bersembunyi lalu terobrak abrik guncangan bumi
Menggempa, gemparkan seisi perut ibu pertiwi ini
Entahlah harus bagaimana lagi aku menulis

Merangkai bahasa hanya tentangmu
Serasa itu teramat sulit aku lakukan
Segalamu hadir dalam kehampaan jiwa mereka yang berkabung duka
Dalam kekacauan pikiran yang menguras daya upaya

Kau hadir pada sisi yang sama
Lalu hinggap pada ruang yang lain
Tentang aku mulai merajutnya menjadi kata
Menitinya menjadi cela-cela kecil rinduku bercumbu dengan angin jiwa yang hening

Tentang itu semua menjelma rasa merajut asa
Lalu semuanya hanya tentang senyummu
Ini bukan tentang rasa sesaat yang berlalu lalang

Tapi tentang asa enggan lenyap dalam pertikaian waktu
Yah
Pada ahirnya rindu-rinduku
Bersajak untukmu
Rasa dan asa menjadi kita diantaranya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelucon Rindu

Sejak sajak mulai berjejak Mengajarjan tentang untaian rindu itu Merah jingga membara, merona indah di ufuk timur kota ini Mengantar sang fajar mengajar putranya yang pulang lalu ada lagi Sepanjang hari berusia, terik dan hujan memangku semesta Bernaung kita di terik berlindung kala di guyur Tentang mu yang aku jatuhkan cintaku Yang aku ceritakan rindu dengan segala nada dan rasa Yang menjelma kamu dalam kata-kata Aku tak pandai merindu tidak pula mencintai Tapi nyatanya tentang itu mendekap erat sembari cerita tentangmu Andai semua kata-kataku kau percaya sebagai rindu Aku berharap kau tau itu tentangmu saja Tanpa harus terpasung ketakpastian Akan arah kerinduan ini Rindu yang masih kau anggap lelucon